Selasa, 23 Juni 2009

ASUHAN KEPERAWATAN HIDROCEPHALUS

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian

Hidrocephalus adalah kelainan dimana terjadi peningkatan jumlah cairan cerebrospinal dalam rongga otak dan atau spinal. (Staf pengajar IKA UI)

2.2 Etiologi

Kelainan Bawaan (Congenital Defect)

Infeksi

Neoplasma

Perdarahan intracranial

2.3 Patofisiologi

Kelainan Kongenital

Infeksi

Neoplasma

Perdarahan

- Obstruksi salah satu tempat pembentukan (Ventr.III / IV)

- Obstuksi pada duktus rongga tengkorak

- Ggn absorbsi LCS (Foramen Monroe, Luscha & Magendie

Keradangan jaringan otak

Meningkatnya jumlah cairan dalam ruang subarachnoid

Jumlah LCS

- Obstruksi tempat pembentukan/ penyerapan LCS

- Rangsangan produksi LCS

Meningkatkan jumlah cairan dalam ruang subarachnoid

Peningkatan Tekanan terhadap Jaringan otak (Internal) dan tengkorak (eksternal)

Sutura belum menutup sempurna

Pembesaran Relatif Otak/Kepala

PK : Peningkatan TIK

Ggn. Rasa Nyaman : Nyeri

Gangguan Aktivitas

Resiko tinggi Cidera

Ggn. Rasa Nyaman : Nyeri


POHON MASALAH

Peningkatan Jumlah Cairan Cerebrosinal












Terpasang Shunt Peningkatan TIK Pembesaran kepala





















Kejang




Resiko cidera Nyeri Muntah Ggn Mobilitas









Resiko tinggi Ggn Integritas kulit

Infeksi

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Resiko gangguan bersihan jalan nafas

2.4 Tanda dan Gejala

m Tanda peningkatan TIK: Nyeri Kepala, mual, mau muntah, oedema papil syaraf

m Pembesaran relatif kepala (ukuran suboccipito – bregmatica)

m Pot crack sign

m Sunset sign

m Ubun-ubun belum menutup saat waktunya

m Dahi melebar, kulit kepala menipis, tegang dan mengkilat

m Bola mata terdorong kebawah (Sunset sign)

m Menangis nada tinggi (pitched)

m Gangguan neurologis : kejang, gangguan syaraf pusat

m Pada pemeriksaan penunjang ditemukan sutura belum menutup/melebar; LCS dengan atau tanpa kuman dengan biakan dimana protein LCS normal atau menurun, Leukosit meningkat/tetap dan glukosa menurun atau tetap.

2.5 Penatalaksanaan

- Istirahat mutlak

- Cegah resiko / gejala peningkatan Tekanan Intra Kranial

- Cegah resiko injuri/cidera

- Cegah gangguan neurologis

Bebapa teknik pengobatan yang telah dkembangkan meliputi pengurangan produksi LCS dengan merusak sebagian fleksus (Choroidalis)

Pengobatan dengan Azetazolamid (Diamox) untuk inhibisi LCS

Memperbaiki hubungan tempat poduksi (Fleksus Choroidalis) dengan tempat reabsorbsi

Pengeluaran LCS ke organ ekstrakranial :

- Drainase Ventrico-Peritonial

- Drainase Lombo – Peritoneal

- Drainase Ventriculo – Pleural

- Drainase dari antrum mastoid

- Drainase dalam jantung/Vena Jugularis

2.6 Asuhan Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang dapat muncul pada neonatus yang mungkin muncul adalah :

1. Resiko tinggi cidera b.d kejang, gangguan pust vital

2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d regulasi cairan inadekuat

3. Potensial Komplikasi : Peningkatan TIK

Rencana tindakan :

Resiko Tinggi Cidera b.d Kejang, Ganguan Pusat Vital

Tujuan : tidak terjadi cidera yang diakibatkan oleh penurunan/gangguan pusat vital

Kriteria hasil :

- Tidak ada kejang

- Tanda-tanda vital stabil

Intervensi

Rasional

Kaji tanda vital setiap 2 jam atau bila perlu

Pastikan posisi anak dalam keadaan aman, jauhkan benda berbahaya

Hindari manipulasi berlebihan, lakukan pengukuran tanda vital segera setelah melakukan tindakan dalam jangka relatif lama

Pasang sudip lidah saat kejang

Berikan obat antikonvulsi bila perlu sesuai prosedur pengobatan

Gangguan pusat vital sebagai manivestasi gangguan neurologis/akibat peningkatan TIK dapat terjadi dalam waktu yang sangat cepat dan dapat menimbulkan gangguan yang buruk

Kejang yang tidak terkontrol mempengaruhi fungsi motorik dan sensorik

Manipulasi berlebih terutama pada kepala dapat menimbulkan peningkatan tekanan intracranial yang dimanivestasikan dengan perubahan tanda vital

Obstruksi napas dapat terjadi saat kejang

Pemberian obat antikonvulsan lebih utama diberikan pada kecenderungan kejang yang sering

Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elekrtolit b.d Regulasi cairan inadekuat

Tujuan : Kebutuhan Cairan tubuh terpenuhi dan elektrolit tubuh dalam status maintenens

Kriteria hasil :

- Intake dan Output cairan seimbang

- Kadar Elektrolit dalam batas normal

Intervensi

Rasional

Kaji intake dan output harian

Ukur lingkar kepala dan berat badan secara teratur

Berikan cairan sesuai kebutuhan

Kaji tanda-tanda dini adanya dehidrasi

Ajarkan pada keluarga untuk memberikan cukup minum pada anak

Koreksi/evaluasi pemberian cairan minimal 3 hari sekali dengan pemeriksaan elektrolit

Pemenuhan cairan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor : intake, suhu, BB, cara masuk cairan, dsb

Berat badan merupakan indikator kasar gangguan nutrisi dan cairan tubuh

Cairan rumatan dan cairan koreksi diperlukan untuk meningkatkan status cairan tubuh

Hiperventilasi dan diaporesis dapat tidak terkontrol; tetapi beresiko menimbulkan dehidrasi

Motivasi keluarga dalam memenuhi kebutuhan cairan / elektrolit bagi anak

Pemeriksaan kadar Na dan K merupakan indikator penting status cairan tubuh


Potensial Komplikasi : Peningkatan Tekanan Intrakranial

Tujuan : Tidak terjadi peningkatan tekanan intrakranial

Kriteria hasil :

- Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK : muntah, kejang, reflek pupil menurun

- Lingkar kepala tetap/menurun bertahap

Intervensi

Rasional

Kaji adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial

Hindari manipulasi berlebih pada daerah kepala, punggung dan leher

Posisikan tulang belakang klien dalam kondisi lurus; hindari hiperfleksi/hiperekstensi kepala

Kolaborasi obat-obat antibiotik/ antineoplasma/ penekan susunan syaraf pusat bila ada indikasi

Kaji efek steroid bila ada indikasi penggunaan steroid

Peninkatan Tekanan Intrakranial mengakibatkan muntah, nyeri kepala, dan gangguan pupil.

Hidrocepalus yang dikibatkan oleh obstruksi/ neoplasma dapat menjadi lebih buruk akibat perubahan posisi yang tidak menguntungkan

Hiperfleksi/hiperekstensi kepala dapat memprofokasi peningkatan TIK

Evaluasi terhadap keja/efek smping obat diperlukan dalam mengatasi masalah peningkatan tekanan intrakranial

Efek steroid terhadap peningkatan Tekanan Intrakranial dapat terjadi dengan berlahan/tiba-tiba


ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Tanggal masuk : 8 Mei 2001 Jam Masuk : 10.30 WIB

Ruang : Neonatus (Isolasi I) No. Reg. Med : 10042316

Pengkajian : 28 Mei 2001

1.1 Identitas

Nama Klien : By. M Nama Orang Tua : Tn. S

Tgl Lahir : 7 Mei 2001 Umur : 29 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki Jenis Kelamin : Laki-laki

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : - pendidikan : SLTA

Pekerjaan : - Pekerjaan : Swasta

Alamat : Simolawang III Sby

1.2 Riwayat Keperawatan

1.2.1 Riwayat Penyakit Sekarang

Klien masuk rumah sakit dengan dibawa oleh keluarga/orang tua setelah sebelumnya dilahirkan karena terdapat pembesaran kepala, Lingkar kepala (ukuran frontooccipital) 45 Cm. Sutura tidak menutup sempurna dan ubun-ubun tegang. Kondisi ini mengakibatkan bayi tidak dapat menggerakkan kepala dan selalu menangis. Saat ini klien telah dioperasi dengan dipasang shunt ventriculobdominal (tanggal 20 Mei 2001). Kulit kepala tidak tegang dan anak relatif tenang.

1.2.2 Riwayat Kehamilan

Selama kehamilan ibu tidak pernah menderita penyakit, Ibu tidak menderita penyakit demam, campak, atau perdarahan serta mules yang berlebihan. Ibu juga tidak pernah mengalami trauma fisik selama kehamilan.

Selama kehamilan ibu selalu memeriksakan dirinya ke Bidan dan Rumah Sakit. Ibu mengetahui bahwa bayinya akan besar setelah mendapatkan penjelasan dari dokter dan dianjurkan untuk bersalin di Rumah Sakit.. Ibu tidak mengkonsumsi jamu atau obat-obatan selama hamil kecuali yang didapatkan dari Puskesmas/Rumah Sakit.

1.2.3 Riwayat Persalinan

Persalinan dilakukan secara operatif (Sectio Caesarea) di Rumah Sakit AURI dalam kondisi aterm. Bayi menangis spontan kuat, APGAR Skor 8-10. Bayi/klien tidak mengalami Cyanosis/icterus. Berat badan saat lahir 3500 gram, Panjang badan 45 Cm. Berat placenta tidak diketahui.

1.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga

Orang tua tidak ada yang menderita penyakit jantung, paru, penyakit kencing manis, penyakit gondok atau penyakit kronis lainnya. Dari keluarga tidak ada riwayat keturunan yang mengalami Epilepsi. Terdapat riwayat hidrocephalus dari garis keturunan ibu.

Genogram

Pola-Pola Kesehatan

  1. Pola Manajemen Kesehatan

Ibu mengatakan bahwa baru saat ini klien dibawa berobat, dari Rumah Sakit AURI klien segara dirujuk ke RS Dr. Sutomo.

  1. Pola Kebutuhan Nutrisi

Anak mendapatkan minuman ASI dan PASI dengan jumlah sekitar 350 cc/hari. Klien tidak mengalmi muntah saat makan, kemampuan menghisap cukup kuat.

  1. Pola Eliminasi

Klien b.a.b 3-5 X/hari, tidak mengalami mencret atau feses cair.

Klien b.a.k 5 – 7 kali sehari dengan jumlah urine tidak terhitung (kurang lebih 200 cc) warna urine kuning jernih.

  1. Pola Aktivitas Latihan

Mata Klien belum bisa mengikuti gerakan benda secara penuh, reflek mata terhadap benda baik, Klien belum dapat menggerakkan kepala miring kekanan kekiri. Kepala cenderung hiperekstensi. Klien hanya di tempat tidur.

Klien tampak menangis bila dilakukan manipulasi berlebih pada kepala atau saat pakaian basah. Suara tangisan hampir tidak terdengar.

  1. Pola Istirahat – Tidur

Klien tidur sekitar 80 % waktu harian. Klien sering terbangun dengan manipulasi.

1.3 Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : Composmentis

Nadi : 120 X/menit

Pernafasan : 40 X/ menit

Suhu tubuh : 37,2O C

Panjang Badan : 47 Cm

Berat Badan : 3450 gram

Lingkar Kepala : 44 Cm

Lingkar Dada : 37 Cm

Kulit :

Turgor elastis, hiper/hipopigmentasi tidak ada, cyanosis tidak ada, icterus tidak ada, tumor dan oedema tidak ditemukan. Terdapat lesi pada telinga kiri dn ruam pada pipi kiri serta terdapat luka tertutup kassa pada punggung, abdomen dan kepala bagian parietal kanan. Keadaan balutan cukup bersih.

Kepala :

Bentuk kepala relatif simertis, sutura belum menutup. Bentuk tulang kepala cenderung melebar pipih pada tulng parietal (ship shape). Tidak ada hematoma, moulage relatif. Tidak ada caput succadeum maupun cephal hematoma. Kulit kepala tidak tegang dan cenderung berkerut. Teraba shunt pada sisi kanan kepala (parietal) menuju ke leher dan abdomen.

Mata :

Posisi simetris, ditemukan sunset sign, kornea jernih, iris simetris ukuran 10 mm, reflek pupil positif simetris, conjungtiva ananemis, sclera anicteric, hifema tidak ditemukan, ptosis, nigtagmus tidak ditemukan. Koordinasi gerak bola mata simetris dan mampu mengikuti pergerakan benda secara terbatas. Visus tidak diketahui.

Hidung :

Simetris, bersih, Conchae tidak membesar, tidak ada pernafasan cuping hidung, terdapat sedikit lendir pada hidung

Telinga :

Simetris, bersih, tidak ada tanda radang telinga/mastoid. Membrana timphani utuh. Refleks terhadap suara kurang (blink refleks negatif)

Mulut :

Bibir tidak cyanosis, mukosa mulut lembab, bibir tremor tidak ditemukan, tonsil tidak membesar, oropharing tidak hiperemis. Suara tangisan lemah hampir tak terdengar.

Leher :

Tidak terdapat pembesaran kelenjar thiroid dan kelenjar submandibular. Tidak ditemukan distensi vena jugularis.teraba shunt

Dada :

Inspeksi : Lingkar dana 37 Cm, bentuk simetris, trhill apex tidak ditemukan, Palpasi : Gerak dada simetris, focal fremitus simetris, teraba shunt

Perkusi : Tidak ditemukan pekak abnormal

Auskultasi : Suara napas lapang paru vesikuler tanpa wheezing dan ronchii. Suara jantung S1S2 tanpa split/ suara jantung tambahan.

Perut :

Bentuk simetris, tidak ditemukan massa, kulit supel, distensi vena abdominal tidak ditemukan, nyeri tekan tidak terindikasi, Bising usus tidak meningkat, abdominal bruits tidak ditemukan, Tidak ditemukan pembesaran limfe / hepar.

Ekstremitas

Lingkar lengan kiri 8 Cm, bentuk simetris tanpa ada lesi/bekas lesi. Tidak ditemukan deformitas, krepitasi.

Genital

Testis sudah turun, simetris, tidak terdapat pembesaran abnormal, tidak terdapat fimosis.

Anus

Lubang anus ada, posisi simetris

Refleks :

Refleks morro : positif

Refleks Plantar : baik, simetris

Sucking refleks : positif, kuat

Rooting refleks : positif

Pemeriksaan Penunjang :

Radiologi : Gambaran Scanning menunjukkan tidak adanya massa/tumor dan terjadi pembesaran pada ventrikel III

Laboratorium (tanggal 28 dan 26 Mei 2001)

Hb : 11,2 mg% (13,4 – 18)

Ht : 37 % (40 – 54%)

Eritrosit : 3.560.000 (4,5 – 6,5 juta)

Leukosit : 13700 (9000-11.000)

Trombosit : 342.000 (150-450 ribu)

LCS

Sel : 43 (0 – 5)

Monomuchlear : 88%

PMN : 12 %

Pemeriksaan gram : (-)

Pemeriksaan kultur : (-)/E. Colli


Analisa Data

Data

Etiologi

Masalah

DS:-

DO:

Pembesara relatif kepala (lingk. Kpl 44 cm)

Sutura belum menutup

Terdapt shunt

Gangguan kongenital, infeksi, neoplasma, perdarahan

Peningkatan relatif LCS

Penekanan jaringan otak (internal) dan tulang tengkorak (eksternal)

Peningkatan TIK

Muntah, kejang, kaku kuduk, nyeri kepala, reflek pupil menurun

Resiko tinggi peningkatan TIK

DS :-

DO Menangis lemah (pitched)

Pebesaran kepala

Sutura belum menutup bayi tidak mampu berpindah

Peningkatan relatif LCS

Peningkatan TIK Kelemahan

Keterbatasan aktivitas

Resiko kejang, muntah, kaku kuduk

Mudah terjatuh

Mudah mengalami aspirasi

Resiko tinggi cidera

DS : -

DO :

Terdapat luka operasi

Terdapat ruam di pipi

Terdapat luka di telinga

Produksi LCS Meningkat

Pembesaran relatif Prosedur

Kepala Operatif

Mobilisasi terbatas Luka

Kerusakan jaringan kulit

Gangguan Integritas Kulit


Diagnosa keperawatan

1. Resiko tinggi peningkatan Tekanan Intra Kranial b.d peningkatan produksi LCS

2. Gangguan Integitas kulit b.d Mobilisasi fisik minimal

3. Resiko tinggi cidera b.d kelemahan, kondisi maturitas kurang


3.2 Perencanaan

Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi Peningkatan Tekanan Intrakranial b.d peningkatan LCS

Tujuan : tidak terjadi peningkatan TIK selama perawatan

Kriteria hasil :

- Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK

- Lingkar kepala tetap/menurun bertahap

Intervensi

Rasional

Kaji adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intrakranial : kejang, muntah,

Reflek pupil cahaya menurun

Lakukan manipulasi secara hati-hati terutama pada daerah kepala, punggung dan leher

Posisikan tulang belakang klien dalam kondisi lurus; hindari hiperfleksi/

hiperekstensi kepala

Kaji kondisi shunt setiap hari

Peningkatan Tekanan Intrakranial mengakibatkan ubun-ubun cembung, muntah, nyeri kepala, dan gangguan pupil.

Manipulasi berlebih dapat memprofokasi timbulnya peningkatan TIK

perubahan posisi yang tidak menguntungkan seperti Hiperfleksi/hiperekstensi kepala dapat mempengaruhi tekanan intrakranial serta mempengaruhi shunt

kerusakan/sumbatan pada shunt dapat mempengaruhi tekanan intrakranial

Diagnosa Keperawatan : Gangguan Integritas Kulit b.d Mobilisasi Fisik Minimal

Tujuan : tidak terjadi gangguan integritas kulit

Kriteria hasil :

- Kulit dalam kondisi bersih dan kering

- Luka/ruam tidak ditemukan lagi

Intervensi

Rasional

Kaji lokasi, luas dan kedalaman luka

Kaji kondisi kulit lainnya yang beresiko timbulnya luka

Lakukan perawatan luka

Lakukan perubahan posisi tiap 2 jam

Luka akibat tekanan (shore wound) dapat melebar bila tidk disertai tindakan yang adekuat

Luka dapat timbul dari daerah yang banyak mengalami penekanan

Mengatasi/mengobati luka dan mencegah infeksi

Meminimalkan resiko terbentuknya shore wound baru

Diagnosa Keperawatan : Resiko tinggi Cidera b.d kelemahan, kurang kesadaran akan bahaya

Tujuan : tidak terjadi peningkatan cidera/injuri pada organ/sistem tubuh

Kriteria hasil :

- Kondisi tubuh dan sistem tubuh relatif stabil

- Tanda-tanda vital stabil

Intervensi

Rasional

Bersihkan lingkungan klien dari benda berbahaya

Asistensi/jaga klien selama dilakukan prosedur

Perhatikan tanda-tanda kejang

Atur posisi klien

Benda berbahaya dapat menyebabkan cidera

Meminimalisasi resiko cidera

Kejang dapat terjadi akibat peningkatan TIK

Injuri dapat terjadi akibat gestur yang tidak tepat

3.3 Pelaksanaan dan Evaluasi

Tanggal 28 April 2001

Diagnosa I : Resiko tinggi peningkatan TIK b.d peningkatan LCS

Data

Tindakan

Evaluasi

DS:-

DO:

Pembesara relatif kepala (lingk. Kpl 44 cm)

Sutura belum menutup

Terdapt shunt

Melakukan pengawa-san tanda peningkatan TIK satu jam sekali dan saat dilakukan manipulasi

Mengganti posisi tiap satu jam sekali

Mengkaji kondisi shunt

Melakukan pengurutan daerah shunt

S : -

O : Lingkar kepala tidak bertambah, distensi fontnel tidak ditemukan

Kondisi shunt baik

Klien posisi miring ke kanan

A : Resiko penigkatan TIK masih ada

P : Frekuensi pengawasan resiko TIK meningkat dapat dikurangi

Diagnosa II : Gangguan Integritas kulit b.d mobilisasi fisik minimal, prosedur operasi

Data

Tindakan

Evaluasi

DS : -

DO :

Terdapat luka operasi

Terdapat ruam di pipi

Terdapat luka di telinga

-Mengkai kondisi luka

-Membedakan luka operatif dengan luka tekanan

-mengkaji kondisi kulit yang beresiko luka

-merawat luka di bagian kepala, telinga dan pipi

-Memberi salep antibiotika sesuai kebutuhan dan advis dokter

-mengubah posisi klien

S:-

O :

-Luka kering bagian kepala, luka basah (shore wound) bagian telinga dan ruam pipi kmerahan

-Kondisi luka bersih, diberi salep antibiotik

-Luka operasi tertutup, penutup bersih dan kering

-Klien posisi miring

A; Gangguan integritas kulit masih terjadi

P : Intervensi dilanjutkan dan KIE ibu untuk membersihkan sisa ASI di mulut dengan baik

Diagnosa III : Resiko tinggi Cidera b.d kelemahan, kurng kesadaran akan bahaya

Data

Tindakan

Evaluasi

DS :-

DO Menangis lemah (pitched)

Pebesaran kepala

Sutura belum menutup bayi tidak mampu berpindah

-Membersihkan tempat tidur klien

-mengganti kain yang basah

-Memperhatikan tanda kejang

-Mengatur posisi klien

-memasang pakaian agak longgar

S : -

O :

-Tempat tidur bersih

-kain/pakaian bering

-kejang tidak terjadi

-tanda vital normal

-klien dalam posisi miring

A : Resiko tinggi cidera

P : Intervensi dilanjutkan, KIE Ibu teknik stimulasi dan cara mencegah injuri


Tanggal 29 Mei 2001

Diagnosa I : Resiko tinggi peningkatan TIK b.d peningkatan LCS

Data

Tindakan

Evaluasi

DS:-

DO:

Pembesara relatif kepala (lingk. Kpl 44 cm)

Sutura belum menutup

Terdapt shunt

Melakukan pengwasan tanda peningkatan TIK dua jam sekali dan saat dilakukan manipulasi

Memposisikan klien miring

Mengkaji kondisi shunt

Melakukan pengurutan daerah shunt

S : -

O : tidak terdapat kejang,muntah

Kondisi shunt baik

Klien posisi miring ke kanan

Menangis pitched

A : Resiko peningkatan TIK masih ada

P : tindakan tetap dilanjutkan

Diagnosa II : Gangguan Integritas Kulit b.d mobilitas fisik minimal, prosedur operasi

Data

Tindakan

Evaluasi

DS : -

DO :

Terdapat luka operasi

Terdapat ruam di pipi

Terdapat luka di telinga

-Mengkai kondisi luka

-mengkaji kondisi kulit yang beresiko luka

-merawat luka di bagian kepala, telinga dan pipi

-Memberi salep antibiotika sesuai kebutuhan dan advis dokter

-mengubah posisi klien

-Melakukan penyuluhan pada ibu tentang teknik menyusui yang baik dan cara membersihkan tumpakan ASI

S:-

O :

-Luka kering bagian kepala, luka basah (shore wound) bagian telinga dan ruam pipi kemerahan

-Kondisi luka bersih, diberi salep antibiotik

-Tidak ada diaper rash

-Luka operasi tertutup, penutup bersih dan kering

-Klien posisi miring

-Ibu mengatakan mengerti isi penyuluhan yang diberikan

-Ibu mendemonstrasikan teknik menyusui yang baik

A; Gangguan integritas kulit masih terjadi

P : tindakan tetap dilanjutkan

Diagnosa III : Resiko tinggi Cidera b.d kelemahan, kurangnya kesadaran akan bahaya

Data

Tindakan

Evaluasi

DS :-

DO Menangis lemah (pitched)

Pebesaran kepala

Sutura belum menutup

Bayi tidak mampu berpindah

-mengganti kain yang basah

-Memperhatikan tanda kejang

-Mengatur posisi klien

-memasang pakaian agak longgar

-Melakukan penyuluhan teknik stimulasi dan cara mencegah injuri

S : -

O :

-Tempat tidur bersih

-kain/pakaian bering

-kejang tidak terjadi

-tanda vital normal

-klien dalam posisi miring

-Ibu mendemonstrasikan stimulasi kulit dan mengatakan akan selalu berhari-hti membawa bayinya

A : Resiko tinggi cidera

P : Tindakan tetap dilanjutkan

Tangal 30 Mei 2001

Diagnosa I : Resiko tinggi peningkatan TIK b.d Peningkatan LCS

Data

Tindakan

Evaluasi

DS:-

DO:

Pembesara relatif kepala (lingk. Kpl 44 cm)

Sutura belum menutup

Terdapt shunt

Melakukan pengawasan tanda peningkatan TIK dua jam sekali dan saat dilakukan manipulasi

Mengubah posisi klien

Melakukan manipulasi berlebih dan melihat respon bayi

S : -

O : tidak terdapat kejang,muntah

Kondisi shunt baik

Klien posisi miring ke kiri

Menangis pitched

Tidak ada tanda peningkatan TIK dengan manipulasi berlebih

A : Masalah teratasi

P : Monitoring maintenens tetap dilakukan

Diagnosa II : Gangguan Integritas kulit b.d mobilisasi fisik minimal, prosedur operasi

Data

Tindakan

Evaluasi

DS : -

DO :

Terdapat luka operasi

Terdapat ruam di pipi

Terdapat luka di telinga

-merawat luka di bagian kepala, telinga dan pipi

-Memberi salep antibiotika sesuai kebutuhan dan advis dokter

-mengubah posisi klien

S:-

O :

-Luka di kepala, telinga dan pipi mengering

-Kondisi luka bersih, diberi salep antibiotik

-Tidak ada diaper rash

-Luka operasi tertutup, penutup bersih dan kering

-Klien posisi miring kiri

A; Gangguan integritas kulit masih terjadi

P : tindakan tetap dilanjutkan

Diagnosa III : Resiko tinggi Cidera b.d kelemahan, kurang kesadaran akan bahaya

Data

Tindakan

Evaluasi

DS :-

DO Menangis lemah (pitched)

Bayi tidak mampu berpindah (mobilisasi minimal)

-mengganti kain yang basah

-Mengatur posisi klien

-Membersihkan tempat tidur

S : -

O :

-Tempat tidur bersih

-kain/pakaian bering

-kejang tidak terjadi

-tanda vital normal

-klien dalam posisi miring kiri

A : Masalah berkurang

P : Monitoring tetap dilakukan

Tanggal 31 Mei 2001

Gangguan Integritas Kulit b.d mobilisasi fisik minimal

Data

Tindakan

Evaluasi

DS : -

DO :

Terdapat luka post operasi, kondisi kering

Ruan pipi dan luka di telinga telah mengering

-merawat luka di bagian kepala, telinga dan pipi

-Memberi salep antibiotika sesuai kebutuhan dan advis dokter

-mengubah posisi klien

S:-

O :

-Luka di perut dan punggung mengering

-Kondisi luka bersih, diberi salep

-Tidak ada diaper rash

-Klien posisi miring kanan

A; Gangguan integritas kulit masih terjadi

P : tindakan tetap dilanjutkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar