ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN:
1.1 Identitas
Nama : Ny.D..
Umur : 18 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia.
Agama : Islam
Alamat : Belacah Bangil Pasuruan.
Tgl.MRS : 22 – 10 - 2002 jam 14.10
Tgl. Pengkajian : 22 Oktober 2002 jam 14.30
Diagnosa Medik : Odema Paru.HPP dengan Retensio Plasenta
1.2 Alasan MRS : Sesak napas , Edema
1.3 Riwayat penyakit dahulu:
Sebelum MRS Pasien Hemorragik Post Partum karena retensio plasenta, sesak, lemah
1.4 Observasi dan pemeriksaan fisik:
1) Pernapasan
Klien sesak, Sekret banyak, kental, warna putih, klien tidak batuk. Bentuk dada simetris, wheezing -/-, Ronchi +/+, RR 27 x/menit. Pada hidung terpasang oksigen masker.
2) Kardiovaskuler/sirkulasi:
S1, S2 tunggal, tidak ada suara tambahan, hasil monitor EKG: irama sinus 150 x/menit, tekanan darah: 110/60 mmHg, suhu: 38,5° C
3) Persarafan/neurosensori
GCS: 4 –5– 6 , reaksi cahaya +/+
4) Perkemihan – Eliminasi uri
Terpasang Dower kateter produksi urine 50 ml/ jam warna kuning jernih
5) Pencernaan – Eliminasi alvi
Infus . D5 500/24 jam.RL 500cc/24 jam, bising usus (+), b.a.b (-).
6) Tulang – otot – integumen:
Kemampuan pergerakan ekstrimitas baik, tidak ada plegi/parese. Turgor baik, warna kulit pucat. Akral kaki tangan dingin. Klien memerlukan bantuan untuk memenuhi semua kebutuhan.
1.5 Pemeriksaan Lab. tanggal 22 Oktober 2002
Elektrolit : Kalium 3,75meq/L, Natrium 135 meq/L Glukosa Darah acak 221, SGOT : 30, BUN : 15, KS : 0,62, HB 8,2; )Leuko 42,9, ; Trombo 287.:
Blood Gas:
PH : 7,445 PCO2 : 31,6 mmHG
PO2 : 58,2 mmHg HCO3 : 21,25 mmol/L
BE : -2,9 mmol/L SO2 : 91,6 %
Laboratorium tanggal 23 Oktober 2002
Leuko : 32,1; Ery 3,04; HB 8,6 ; PCU(HCT26,9; Trombo 332; MCV 86,5; MCH 28,3; Trombo 332; Diff (Seg 86; Limpo 14; ); LED 93, Kalium 4,6 Natrium 140 Serum Albumin 3,5; Gula Puasa 77
Foto Thoraks tanggal 22 Oktober 2002
Edema Paru
1.6 Terapi: D5 500ml /24 jam dan RL 500ml/24 jam
Cefotaxim 3 x 1gram IV
Dormicum 1mg/jam
Morfin 1mg/jam
Furosemid
Lasix 2 ampul
Oral Hygiene 2x/hari
Suction /3 jam sekali
Observasi TTV dan saturasi oksigen/jam
2. ANALISA DATA
Data | Kemungkinan penyebab | Masalah |
DS: - DO: · Klien menggunakan tracheostomy dan CPAP, tampak sesak. · Blood Gas: PH: 7,445 PCO2: 31,6 PO2: 58,2 HCO321,2 BE-2,9 SO2 : 91, · Foto Thoraks: Edema Paru | Cairan masuk ke alveoli ¯ Akumulasi protein dan cairan dalam intertitial/area alveolar ¯ Kehilangan surfaktan kolaps alveolar ¯ Edema alveolaris ¯ Pe hambatan difusi O2 - CO2 ¯ Hipoksemia | |
DS: Klien tidak mampu batuk. DO: · Klien pakai endotracheal tube, Sekret banyak, kental, warna kekuningan. · Wheezing -/-, Ronchi +/+, | Peningkatan jumlah sekret paru dan ketidakmampuan batuk. | Bersihan jalan napas tidak efektif. |
DS: DO: Klien terpasang endotracheal tube. · Suhu 38,5°c Nadi 150 x/m · Leko: 42,9 HB 8,2 | Tidak adekuatnya pembersihan jalan nafas oleh batuk | Resiko tinggi terjadinya infeksi |
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi protein dan cairan dalam intertitial/area alveolar, ditandai klien sesak, hasil blood gas PH: 7,445 PCO2: 31,7 PO2: 58,2 CtO2: 12,6 HCO3: 21,2 BE- 2,9 SO2 : 91,6
2. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d meningkatnya tahanan jalan napas dan peningkatan jumlah sekret paru ditandai dengan dispnea, Ronchi +/+, sekret banyak dan kental.
3. Resiko tinggi terjadinya infeksi b.d Tidak adekuatnya pembersihan jalan nafas oleh batuk
II. RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA | TUJUAN | INTERVENSI | RASIONAL | IMPLEMENTASI |
Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi protein dan cairan dalam interstitial/ area alveolar, . | Ventilasi dan oksigenasi adekuat setelah dilakukan tindakan pemasangan ventilator. Kriteria evaluasi: · Analisa gas darah dalam rentang normal · Tidak sesak, tidak sianosis. | · Siapkan/seting alat-alat untuk pemasangan ventilator. · Berikan oksigen yang dilembabkan dengan humidifier. · Pantau efek ventilator. · Kaji status pernapasan tiap jam, catat peningkatan frekuensi / upaya pernapasan atau perubahan pola napas. · Kaji dan catat adanya bunyi napas dan adanya bunyi tambahan. · Lakukan observasi hasil GDA | · Ventilator digunakan untuk membantu sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi. · Ventilasi mekanis yang melewati jalan napas buatan meniadakan mekanisme pertahanan tubuh untuk pelembaban dan pengahangatan. · Akibat dari tekanan positif pada rongga thorax, darah yang kembali ke jantung ternhambat, venus return menurun maka cardiac out put juga menurun. · Takipnea adalah mekanisme kompensasi untuk hipoksemia dan peningkatan upaya pernapasan dapat menunjukkan derajat hipoksemia. · Bunyi napas dapat menurun, tidak sama atau tidak ada pada area yang sakit. Ronchi adalah bukti peningkatan cairan dalam area jaringan sebagai akibat peningkatan permebilitas membran alveolar – kapiler. Wheezing adalah bukti konstriksi bronkus dan atau penyempitan jalan napas sehubungan dengan mukus / edema. · Menunjukkan ventilasi/ oksigenasi dan status asam / basa. Digunakan sebagai dasar evaluasi keefektifan terapi atau indikator kebutuhan perubahan terapi. | Jam 14.00 Menyiapkan seting ventilator, mengganti CPAP dengan ventilator Mode: SIMV FiO2: 50% EEP: 5 ETCO2: 60 Jam 14 30 Melakukan observasi: pernapasan, bunyi napas tambahan, nadi, tekanan darah, observasi dilakukan setiap jam dan mencatat hasil observasi pada lembar observasi. |
Bersihan jalan napas tidak efektif b.d meningkatnya tahanan jalan napas, peningkatan jumlah / viskositas sekret paru +/+, sekret banyak dan kental. | Bersihan jalan napas efektif setelah dilakukan fisio terapi napas dan penghisapan sekret. Kriteria evaluasi: · Hilangnya dispnea · Bunyi napas bersih/ tidak ada ronkhi · Mengeluarkan sekrit tanpa kesulitan | · Lakukan fisio terapi napas dan penghisapan sekret secara kontinu setiap 3 jam. · Berikan oksigenasi sebelum dilakukan penghisapan sekret. · Berikan oksigen yang dilembabkan · Kaji dan catat karakteristik sputum. · Catat perubahan upaya, pola bernapas dan karakteristik bunyi napas · Observasi penurunan ekspansi dinding dada dan adanya/ peningkatan fremitus Berikan obat sesuai program dokter: Dormicum 1mg/jam dan morfin 1mg/jam | · Pengumpulan sekresi mengganggu ventilasi, dengan fisioterapi napas akan melepaskan sekret dari dinding alveoli sehingga memudahkan untuk dilakukan penghisapan. · Untuk menambah cadangan oksigen sehinga pada saat dilakukan penghisapan sekret klien tidak mengalami kekurangan oksigen karena dengan menghisap sekret oksigen juga ikut terhisap. · Kelembaban menghilangkan dan memobilisasi sekret dan meningkatkan transpor oksigen. · Sputum bila ada mungkin banyak, kental, berdarah, dan atau purulen. · Penggunaan otot interkostal / abdominal dan pelebaran nasal menunjukkan peningkatan upaya bernapas. Bunyi napas menunjukkan aliran udara melalui trakeobronkial dan dipengaruhi oleh adanya cairan, mukus atau obstruksi aliran udara lain. · Ekspansi dada terbatas sehubungan dengan akumulasi cairan, edema dan sekrit dalam seksi lobus. Konsolidasi paru dan pengisian cairan dapat meningkatkan fremitus. · Untuk menenangkan pasien | Jam 14.10 Melakukan fisioterapi napas dan menghisap sekret, dilakukan setiap 3 jam. Sebelum dilakukan penghisapan dilakukan oksigenasi dengan Bag And Mask dengan oksigen 10 l.. Jam 14 30 · Melakukan observasi perubahan upaya dan pola bernapas, bunyi napas setiap 1 jam. Mencatat hasil observasi pada lembar bservasi. · Mengubah posisi tidur smi fowler dan kaki di tinggikan |
Resiko terjadinya infeksi b.d Tidak adekuatnya pembersihan jalan nasa oleh batuk | Setelah 3 hari dilakukan terapi infeksi tidak terjadi Kriteria evaluasi: · Tanda-tanda infeksi Leko <> · Suhu dalam batas normal. (36-37,5°c) | · Lakukan perawatan luka secara aseptik dan antiseptik, pertahankan tehnik cuci tangan yang baik · Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan , catat karakteristik dari drainase dan adanya inflamasi. · Pantau suhu tubuh secara teratur, catat adanya demam, menggigil. · Berikan antibiotika sesuai program dokter: Cefotaxim 3 x 1gr iv. | · Untuk menghindari terjadinya infeksi nosokomial. · Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk melakukan tindakan dengan segera dan pencegahan terhadap komplikasi selanjutnya. · Dapat mengindikasikan perkembangan sepsis yang selanjutnya memerlukan evaluasi atau tindakan dengan segera. · Digunakan untuk membunuh atau menekan berkembangnya kuman penyebab infeksi. | Jam 14.30 Melakukan observasi suhu tubuh adanya demam atau menggigil, setiap jam dan mencatat pada lembar observasi. Jam 16.00 Memberikan injeksi Cefotaxim 1 gram IV. |
PROGRESIVE NOTE
TGL | DP | PERKEMBANGAN | TT |
22/10/02 | 1 | S: O: Masih memakai respirator, Mode: IPPV, FiO2: 60% SpO2: 91,6, RR: 27 x/menit, klien tidak tampak sesak, tidak sianosis. Nadi 150x/menit, TD: 110/60 A: Masalah belum teratasi P: Rencana tindakan dilanjutkan I: melakukan observasi setiap jam meliputi: frekuensi pernapasan, SpO2, perubahan upaya bernapas, kepatenan ventilator, nadi, tekanan darah, mencatat hasil observasi pada lembar observasi | |
| 2 | S: O: Sekret masih banyak, kental, warna kekuningan, Ronchi +/+. Wheezing : -/- A: masalah belum teratasi P: rencana tindakan dilanjutkan I: Jam 14.10 Melakukan fisioterapi napas, memberikan oksigenasi sebelum dilakukan penghisapan sekret, kemudian melakukan penghisapan sekret, sekret kental, warna kekuningan. Mengobservasi bunyi napas tambahan: Ronchi +/+, Wheezing : -/-, mencatat hasil observasi pada lembar observasi. Jam 17.00: Melakukan fisioterapi napas, memberikan oksigenasi sebelum dilakukan penghisapan sekret, kemudian melakukan penghisapan sekret, sekret kental, warna kekuningan. Mengobservasi bunyi napas tambahan: Ronchi +/+, Wheezing : -/-, Jam 19.00: Melakukan fisioterapi napas, memberikan oksigenasi sebelum dilakukan penghisapan sekret, kemudian melakukan penghisapan sekret, sekret kental, warna kekuningan. Mengobservasi bunyi napas tambahan: Ronchi +/+, Wheezing : -/-, | |
| 3 | S: O : suhu 38,5, Nadi 150 x/m A: masalah belum teratasi P: rencana tindakan dilanjutkan I: Jam 14.30: Melakukan observasi suhu: 38, 5° C, mencatat hasil observasi pada lembar observasi. Jam 16.00: Memberikan obat Cefotaxim 1 gr iv. | |
TGL | DP | PERKEMBANGAN | TT |
23/10/02 | 1 | S: O: Masih memakai respirator, Mode: ASB 10, FiO2: 60% PEEP: 10 SpO2: 91,6. RR: 18 x/menit, klien tidak tampak sesak, tidak sianosis. Nadi 150x/menit, TD: 110/70 A: Masalah belum teratasi P: Rencana tindakan dilanjutkan I: melakukan observasi setiap jam meliputi: frekuensi pernapasan, SpO2, perubahan upaya bernapas, kepatenan ventilator, nadi, tekanan darah, mencatat hasil observasi pada lembar observasi. | |
| 2 | S: O: Sekret masih banyak, kental, warna kekuningan, Ronchi +/+. Wheezing : -/- A: masalah belum teratasi P: rencana tindakan dilanjutkan I: Jam 14.10: Melakukan fisioterapi napas, memberikan oksigenasi sebelum dilakukan penghisapan sekret, kemudian melakukan penghisapan sekret, sekret kental, warna kekuningan. Mengobservasi bunyi napas tambahan: Ronchi +/+, Wheezing : -/-, mencatat hasil observasi pada lembar observasi. Jam 15.00 Melakukan oral hygiene Jam 17.10: Melakukan fisioterapi napas, memberikan oksigenasi sebelum dilakukan penghisapan sekret, kemudian melakukan penghisapan sekret, sekret kental, warna kekuningan. Mengobservasi bunyi napas tambahan: Ronchi +/+, Wheezing : -/-, Jam 19.10: Melakukan fisioterapi napas, memberikan oksigenasi sebelum dilakukan penghisapan sekret, kemudian melakukan penghisapan sekret, sekret kental, warna kekuningan. Mengobservasi bunyi napas tambahan: Ronchi +/+, Wheezing : -/-, | |
| 3 | S: O: Kulit panas Leko: 32,1 Suhu 40°c Nadi 150 A: masalah belum teratasi P: rencana tindakan dilanjutkan I: Jam 14.30: Melakukan observasi suhu: 41°C, mencatat hasil observasi pada lembar observasi. Jam 16.00: Memberikan obat Cefotaxim 1 gr iv. (stop) Jam 18.30 Membantu mengatasi keadaan krisis nafas dan jantung dengan melakukan resusitasi kardiopulmo, pemberian adrenalin 6 ampul diberikan 2 kali selang 5 menit Mengobservasi VS : N72 Saturasi Oksigen 90 TD 140/30, R/R 28 x/m Suhu aksila 40,7 | |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar